Bukan untuk anda yang dibawah umur.
Perhelatan yang telah dirancang masak – masak itu berlangsung lancar. Dua jam resepsi yang persiapannya sendiri memerlukan waktu satu tahun, belum lagi puluhan kali rapat panitia, pencarian tema, seragam, pemilihan gedung, catering dan masih banyak lagi tetek bengek lainnya. Tidak terhitung pula cekcok keluarga karena beda selera (heran kan, yang menikah kami yang pengen menguasai tampilan mereka, sampai ribut – ribut segala hahaha). Yang terpenting, itu semua selesai sudah.
Satu per satu keluarga yang mengantarkan ke hotel meninggalkan kami di depan pintu kamar pengantin, hingga tinggallah kami berdua. Pelan dibukanya pintu kamar sembari berkata, “after you Mrs.Pradigta” menyilakan aku masuk duluan, dan aku pun tersenyum canggung – karena inilah kali pertama aku dipanggil nyonya Pradigta
Aku terpana melihat ruangan yang disebut kamar pengantin ini. Semua dekorasinya terlihat istimewa, kata orang seistimewa malam ini. Aura cinta terlihat di setiap sudut, mulai dari kelopak-kelopak mawar merah yang bertaburan di ujung tempat tidur, suasana temaram hingga wangi romantis ruangan yang tercium hidung ini. Kami saling pandang dan tersenyum mesra. Ditekannya beberapa tombol remote dan mengalunlah duet Bryan Adams dan Barbara Straisand. Suara merdu penyanyi kaliber papan atas tersebut menambah romantis suasana. Lembut sekali. Heeem kenapa jantungku bergetar hebat ya? Kenapa tiba – tiba aku merasa gugup. Dan ternyata aku semakin gugup tatkala dari belakang ia menurunkan resliting gaun ini, membebaskannya dari kewajiban menutupi tubuhku. Saat tangan kekarnya itu melepas pilinan tali torso yang membentuk pinggang, terpaksa aku menggigit bibir bawah karena jari-jemarinya tak sengaja menyentuh titik – titik erotis yang membuatku nafsu. Aku tak berdaya, ah ! Ingin rasanya kuminta ia cepat – cepat menciumiku. Namun ia sangat menikmati momen demi momen melucuti satu per satu pakaianku. Dan aku pun menunggu. Malam pertama dan aku yang garang, heeem sungguh tak lucu.
Dan ketika tak ada lagi selembar benang pun bertengger di raga, ia memelukku dari belakang dan lambat – lambat ia menciumi tengkukku. Oh My God ! ciumannya begitu penuh kasih dan sayang namun mampu melambungkan aku ke khayangan ! Inci demi inci kulit di leher ini tak ada yang luput dari kecupan mesranya sementara tangan kekarnya mengembara ke bagian depan tubuhku. Menyentuh payudara dan meremasnya lembut. Ooh ! Aku mendesah pelan, seperti ada listrik dengan energi kecil yang menyetrum jantung.
Diputarnya badanku hingga sekarang kami pun berhadapan. Ia tersenyum kagum memandang tubuh telanjangku. Temaram lampu menonjolkan siluet seksi tubuhku dan sambil menelan ludah lirih ia berkata, “kamu terlihat lebih cantik,” aku tersipu mendengar pujiannya. Tanpa banyak bicara ia mengangkat dan merebahkanku di atas ranjang. Bibir basahnya menjelajahi seluruh wajahku, seperti yang dulu biasa ia lakukan di mobil namun kali ini tak perlu kuatir kepergok tukang parkir. Ku pejamkan mataku, menikmati setiap kecupan halus di kening, di alis, di hidung, dipipi, semua lekuk di wajahku tak ada yang luput dari belai basah bibirnya. Namun itu belum seberapa, ketika lidahnya mengulum bibirku, memanjakan syaraf – syaraf halus dengan pagutan mesra yang membawaku terbang dan tangannya sibuk bergerilya mengelus-elus paha…., aku menggeliat !! Sungguh sensasi ini belum pernah aku rasa !
Puas dengan bibirku, mulutnya turun menciumi dagu, leher kemudian dadaku. Pelan, seperti kucing menjilati telapak kakinya, Ia menjilati setiap senti tubuh mulusku ! Aku merintih pelan dan ketika ia menjilati pucuk payudara ini sambil sesekali menggigitnya gemas, aku pun mengerang. Erangan penuh kenikmatan. Kalau orang bilang malam pertama adalah surga dunia, maka aku menuju kesana !!
Tanganku mencengkeram pantatnya, namun aku terperanjat.Ternyata ia masih berpakaian lengkap. Dan mata kami pun beradu, seperti sadar bahwa ini bukan waktunya, teringat kesepakatan bersama bahwa kami akan melakukannya di pulau Bangka tempat cinta kami di padu dibawah bintang dan sinar rembulan. Ia pun bergegas turun. Aku melangkah gontai menuju toilet dan membersihkan diri di bawah pancuran air hangat. Sayup ku dengar ia berseru, “jangan pakai lingerie yang seksi ya, nanti aku gak kuat.” Aku tersenyum mendengarnya. Malam pertama yang tertunda demi pulau Bangka…
0 komentar:
Posting Komentar